Kamis, 11 Maret 2010

Filsuf Abad Pertengahan

FILSAFAT BARAT :
ABAD PERTENGAHAN

Abad pertengahan merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominansi agama Kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas teologi lebih tinggi dibandingkan dengan filsafat. Filsafat berfungsi melayani Teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan nalar dilarang.
Dalam sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting. Dibawah ini diuraikan masing-masing tentang Zaman Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.

A. MASA PATRISTIK

1. Gambaran Umum

Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.

2. Tokoh-tokoh terpenting

Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen. Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones (pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).
Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada.
Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau materi segala sesuatu.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.


B. MASA SKOLASTIK
1. Gambaran Umum

Nama skolastik menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah filsafat mengalami masa kevakuman karena situasi politik yang tidak stabil.
Sejak pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih, Kegiatan intelektual mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat mendapat angin segar.
Masa Skolastik mencapai puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini filsafat dikaitkan dengan teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu. Patut diberi catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat Yunani, karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan filsafat.
Masuknya filsafat Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf arab yaitu Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198) alias Averroes. Avicenna berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme sedangkan Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis komentar tentang pemikiran-pemikiran Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang Komentator.
Kehadiran karya-karya Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang yang berhadapan dengan karya-karya nonkristen. Tugas filsafat dan teologi adalah mendamaikan alam pikiran baru itu dengan ajaran Kristen, khususnya alam pemikiran Agustinus yang mendominasi masa-masa sebelumnya.

2. Tokoh-tokoh terpenting

Tokoh-tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Bonaventura (1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281), Albertus Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308), Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).
Boethius adalah seorang menteri pada pemerintahan Raja Theodorik Agung di Italia. Namun, ia dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai komplotan. Dipenjara ia menulis buku yang berjudul De Consolatione Philosophiae.
Johanes Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung. Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang Allah.
Petrus Abelardus mempunyai jasa besar dalam etika dan logika. Dia ikut memberikan pendapat yang sangat berharga menyangkut perdebatan di masa itu tentang Universalia (konsep-konsep umum), antara kelompok penganut Realisme dan Nominalisme.
Ibn Sina (Avicenna) berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme. Dia menganut ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan dunia secara tidak langsung melalui intelek aktif yang berasl dari intelek pertama.
Ibn Rushd (Averroes) ia dijuluki Sang Komentator. Dia mengajarkan monopsikisme yaitu pandangan bahwa jiwa adalah milik bersama umat manusia.
Bonaventura adalah biarawan ordo fransiskan yang menjadi professor di paris, dan pernah dipercaya memimpin ordo tersebut. Siger dari Brabant adalah mahaguru di fakultas sastra diparis.
Albertus Agung adalah seorang biarawan ordo dominikan, dan pernah menjadi mahaguru di sejumlah universitas di Jerman dan Paris.
Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat bahwa filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia Est Ancilla Theologiae.
Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya melalui ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah melalui rangkaian argumentasi yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima Jalan) yaitu

• Gejala adanya perubahan atau gerak
• Gejala sebab dan akibat
• Gejala kontingensi
• Adanya hierarki kesempurnaan
• Finalitas dunia
Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan materinya. Keduannya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu substansi.
Johanes Duns Scotus adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia mengikuti ajaran Aristoteles dan Bonaventura.
William Ockham adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia dianggap pemikir bermasalah di gereja, di bidang filsafat ajarannya bercorak empiristis.
Nicholaus Cusanus adalah uskup dan kardinal. Meskipun dipercaya mampu memangku tugas kegerejaan, Nicholaus dikenal sebagai ilmuwan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar