Selasa, 27 April 2010

VAKSIN PENYEBAB AUTIS

VAKSIN PENYEBAB AUTIS
Minimnya informasi yang diperoleh masyarakat terutama tentang dunia kesehatan sering mengakibatkan timbulnya suatu penyakit yang notabene bukan karena kecerobohan masyarakat, tetapi karena ketidaktahuan. Vaksin yang dipercaya sebagai penangkal berbagai penyakit ternyata justru menjadi pemicu penyakit, diantaranya seperti autis. Tentunya hal ini menjadi sebuah ironi bagi konsumen, vaksin untuk menangkal justru menjadi vaksin penyebab autis misalnya.
Sudah bukan rahasia umum lagi bagaimana dunia kesehatan di negara sampai saat ini, tentunya kita semua sudah tahu sama tahu. Mulai dari sistem, kualitas pelayanan, profesionalitas, dana pelayanan masyarakat (bagai gas elpiji kalau terbuka alias bbuuusss bablas ****ne), masterplan dan sebagainya. Kita ambil saja contoh kasus mudah yang setiap saat gampang ditemukan yaitu diare dan demam berdarah, selalu terjadi berulang dan berulang, sementara waktu kejadian dan penyebabnya jelas-jelas diketahui namun tidak ada tindakan preventif yang tertata secara sistematis dan diterapkan sesuai waktunya untuk penanggulangan dan antisipasi, padahal kejadian tersebut adalah kejadian umum yang selalu terjadi dan berulang pada waktu yang sama, lagi-lagi yang menjadi korban adalah masyarakat kecil yang notabene untuk memenuhi standar kualitas hidup sehat jelas bagai di awang-awang, karena untuk makan saja tidak jelas.
Belum lagi kualitas, kejelasan dan validitas unsur penyusun obat yang sering diberikan pada masyarakat di pos-pos pelayanan kesehatan masyarakat yang berbiaya murah (bahkan juga ada di tempat yang berbiaya tinggi) maupun rumah sakit, tahunya masyarakat berobat, biaya murah dan dapat obat. Alangkah semrawut dan tidak karuannya dunia kesehatan di negeri kita ini, negeri ini banyak orang-orang pintar di dunia kesehatan, banyak ahli, sayang sebagian besar hanya memiliki hati yang teramat secuil kecil sekali dalam mengabdikan diri pada dunia pelayanan, sehingga salah satu dampaknya seperti apa yang dialami oleh salah seorang ibu yang pengalamannya di share di bawah ini.
Berikut informasi dan share pengalaman yang terkait dengan seputar dunia kesehatan yang mungkin tanpa disadari juga anda alami yaitu seputar autis. Buat para pasangan muda, buat yang punya keponakan, calon ibu atau siapa saja sekiranya perlu membaca kesaksian ini yaitu tentang autisme, bisa di share kepada siapa saja yang masih punya anak kecil supaya berhati-hati.
Setelah kesibukan Lebaran yang menyita waktu, baru sekarang punya waktu luang untuk membaca buku "Children with Starving Brains" karangan Jaquelyn McCandless, MD yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo. Ternyata buku yang saya beli di toko buku Gramedia seharga Rp. 50,000,- ini benar-benar membuka mata saya, sayang sekali baru terbit setelah anak saya Joey (27 bln) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder. Pada bagian satu, bab 3, dari buku itu benar-benar membuat saya menangis dan hati saya sedih.
Selama 6 bulan pertama hidupnya (Agustus 2001 - Februari 2002), Joey memperoleh 3 kali suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3 kali suntikan vaksin HiB. Menurut buku tersebut (halaman 54 - 55) ternyata dua macam vaksin yang diterima anak saya dalam 6 bulan pertama hidupnya itu positif mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada awal tahun 1990 an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sudah dilarang di Amerika sejak akhir tahun 2001. Alangkah sedih hati saya, anak yang saya tunggu kehadirannya selama 6 tahun, dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumahsakit besar yang bagus, terkenal, dan mahal di Karawaci Tangerang, dengan harapan memperoleh treatment terbaik, ternyata malah "diracuni" oleh Mercuri dengan selubung vaksinasi. Beruntung saya masih bisa memberi ASI sampai sekarang, sehingga Joey tidak menderita Autisme yang parah. Tetapi tetap saja, sampai sekarang dia belum bicara, harus diet pantang gluten dan casein, harus terapi ABA, Okupasi, dan nampaknya harus dibarengi dengan diet supplemen yang keseluruhannya sangat besar biayanya.
Melalui informasi ini saya ingin menghimbau para dokter anak di Indonesia, para pejabat di Departemen Kesehatan, tolonglah baca buku "Children with Starving Brains" , dan tolong musnahkan semua vaksin yang masih mengandung Thimerosal (himbauan Ibu Lia Julianti-red). Jangan sampai (bukan tidak mungkin sudah terjadi) sisa stok yang tidak habis di Amerika Serikat tersebut di ekspor dengan harga murah ke Indonesia dan dikampanyekan sampai ke puskesmas-puskesmas seperti contohnya vaksin Hepatitis B, yang sekarang sedang giat-giatnya dikampanyekan sampai ke pedesaan.
Kepada para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersikap proaktif, dan assertif dengan menolak vaksin yang mengandung Thimerosal tersebut, cobalah bernegosiasi dengan dokter anak kita, minta vaksin Hepatitis B dan HiB yang tidak mengandung Thimerosal. Juga tolong informasi ini diteruskan kepada mereka yang akan menjadi orang tua, agar tidak mengalami nasib yang sama seperti saya. Sekali lagi, jangan sampai kita kehilangan satu generasi anak-anak penerus bangsa, apalagi jika mereka datang dari keluarga yang berpenghasilan rendah yang untuk makan saja sulit apalagi untuk membiayai biaya terapi supplemen, terapi ABA, Okupasi, dokter ahli Autisme (yang daftar tunggunya sampai berbulan-bulan), yang biayanya sampai jutaaan Rupiah per bulannya. Terakhir, mohon doanya untuk Joey dan ratusan, bahkan ribuan teman-teman senasibnya di Indonesia yang sekarang sedang berjuang membebaskan diri dari belenggu Autisme.
Semoga artikel sharing seorang ibu yang anaknya menderita autis di blog saya ini dapat memberikan informasi dan membuka mata siapa saja, terutama orangtua yang memiliki anak kecil. Semoga setiap orangtua yang anaknya menyandang autis tetap diberi ketabahan, kesabaran, kekuatan, hati yang lapang agar dapat terus melayani dan merawat buah hati dengan penuh cinta kasih, sebab anak adalah anugrah TUHAN YANG MAHA ESA yang paling berharga dalam kehidupan manusia, doa kami menyertai anda sekalian, Amien.
"Let's share with others.... Show them that WE care!"
Untuk ibu Lia J, jika anda sempat mengunjungi blog saya ini, tulisan share pengalaman ibu sudah saya tampilkan, semoga dapat menjadi informasi bagi banyak orang seperti yang ibu harapkan. Salam simpati saya untuk yang ibu alami, terimakasih.
http://andreysubiantoro.viviti.com/entries/kesehatan/vaksin-penyebab-autis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar