TERAPI SEBAGAI PENUNJANG PENDIDIKAN ANAK AUTIS
Selain cara belajar diatas, kita dapat menggunakan terapi untuk membantu proses pembelajaran untuk anak autis. Berikut ini adalah beberapa terapi pendidikan untuk anak autis yaitu :
• Terapi Neurofeedback
Terapi Neurofeedback adalah terapi yang melatih otak untuk mengendalikan dirinya sendiri, menekan gelombang teta supaya tidak mengganggu gelombang yang lainnya. Dengan demikian, kerja otak menjadi lebih nyaman. Sel-sel otak yang tidak aktif menjadi lebih aktif dan sambungan antar sel-sel otak tersebut juga menjadi lebih banyak.
Yang melatar belakangi terapi ini adalah hasil pencitraan EEG yang menunjukkan bahwa gelombang otak pada anak-anak tertentu tidak sama dengan gelombang otak anak-anak lainnya (gelombang 1-4 Hz adalah gelombang delta, 4-8 adalah teta, 8-12 alfa, dan > 12 adalah beta). Dan yang saya maksudkan dengan anak-anak tertentu adalah anak-anak yang dengan mudahnya disebut sebagai autis, hiper, dll, hanya karena mereka berbeda dengan anak-anak lain. Pada anak-anak ini, gelombang teta menjadi tinggi sehingga berbenturan dengan gelombang beta dan menyebabkan distorsi.
• Hyperbaric Oksigen Therapy
Hiperbarik Oksigen Terapi (HBOT) adalah terapi medis pemberian oksigen murni kepada pasien yang berada di dalam ruangan bertekanan tinggi dengan tujuan meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam darah dan dengan pemberian tekanan maka oksigen tersebut akan menjadi partikel yang lebih kecil sehingga lebih bisa mensuplai oksigen ke tempat yang tidak terjangkau dalam keadaan normal. Dengan konsentrat oksigen yg lebih tinggi akan menstimulasi dan memperbaiki jaringan sel / syaraf yang rusak. Contohnya stroke dan autisme.
• Terapi integrasi sensoris
Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya. Aktivitas integrasi sensoris merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks , dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
• Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
• Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
• Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot2 halusnya dengan benar.
• Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
• Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
• Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
• Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
• Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
• Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
• Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Selasa, 27 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar