Selasa, 27 April 2010

Tuna grahita/kelainan intelektual/kelainan mental

Tuna grahita/kelainan intelektual/kelainan mental

Perkembangan mental intelektual adalah perkembangan dalam hal berfikir simbolik, berfikir intuitif, berfikir praoperasional, dan perkembangan dalam hal mengolah informasi. Secara konkret perkembangan mental intelektual ini dapat kita lihat ketika anak memberikan nama kepada bonekanya, atau main lainnya, ketika anakbermain menjadi tokoh ibu atausiapapun yang diidolakannya, ketika anak mampu menggambarkan sesuatu yang ia bayangkan, ketika anak-anak menganggap mimpinya adalah sebagai sesuatu yang nyata, ketika anak menyimpulkan bahwa benda-benda matipun memiliki keinginan, perasaan dan pikiran seperti dirinya, dan bahkanketika anak sudahmampu mengklasifikan dan mengambil kesimpulan atas sesuatu konsep.
Menurut seorang tokoh psikologi perkembangan J. Piaget, perkembangan mental dimulai bersamaan dengan fungsi sensori motor, yaitu sejak usia 0 – 2 th. Dikatakan juga oleh beberapa pakar psikologi yang lain, bahwa keterkaitan kondisi fisik utamanya fungsi sensori motor dengan perkembangan mental, sungguh sangat besar. Asumsinya, dengan semakin bertambahnya kemampuan anak secara fisik, anak akan mengeksplorasi lingkungan dan menyerap informasi-infprmasi yang akan membantu perkembangan mental intelektualnya. Ada kecenderungan semakin cepat perkembangan fisik anak, kemampuan mental intelektualnyapun akan cepat berkembang.
Kelainan mental, adalah kondisi dimana seorang anak memiliki hambatan untuk dapat berfikir sebagaimana di atas tadi. Atau kalaupun mampu, maka kwalitas hasil berfikirkan jauh dari yang diharapkan. Ada tidaknya kelainan mental intelektual secara pasti ditunjukkan oleh hasil tes psikologi, utamanya tes inteligensi.
Dari tes tsb akan diperoleh gambaran, apakah seseorang memiliki taraf kecerdasan rata-rata ( 90 – 109), di bawah (39 – 89) atau di atasnya (140-169). Seseorang dikatakan memiliki penyimpangan intelektual jika memiliki angka kecerdasan di bawah rata-rata dan genius. Menurut Azwar ( l996), dari sejarah penyebabnya, kelainan mental terbagi atas 2 macam, yaitu lemah mental dan cacat mental. Penderita lemah mental biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan fisik, tidak mempunyai sejarah penyakit atau luka yang menyebabkan kerusakan mentalnya. Dengan kata lain kelemahan mental yang diderita tidak mempunyai dasar organik, namun seringkali didapati bahwa penderita memang mempunyai garis retardasi mental dalam keluarganya.
Adapun pada penderita cacat mental, kelainan ini disebabkan oleh terjadinya luka di otak, penyakit atau kecelakaan yang mengakibatkan pertumbuhan mentalnya tidak normal. Penyebab tersebut bisa terjadi sewaktu masih dalam kandungan, semasa masih kanak-kanak, bahkan setelah menjelang dewasa.
Secara gradasi dapat diketahui, bahwa kelainan mental cukup variatif yaitu sebagai berikut :
Moron : IQ : 50 –70
Imbesil IQ : 25 – 50
Idiot IQ : di bawah 25.
Menurut Telford dan Sawrey (dalam Azwar, l998), selain tingkat inteligensi, beberapa kriteria dalam identifikasi kelainan mental ini ditentukan juga oleh kriteria perilaku adaptif, kriteria kemampuan belajar, dan kriteria penyesuaian social.

http://rumah-optima.com/optima/index.php?option=com_content&view=article&id=52:identifikasi-anak-anak-khusus-pengantar-untuk-memahami-perkembangan-dan-perilakunya&catid=39:psikologi&Itemid=56

1 komentar: